Kamis, 25 September 2014

Terbaik

Berbicara masalah terbaik, tentu kata terbaik datang tidak secara tiba-tiba, kata tersebut datang dari tergantung orang yang menilai, bisa berupa objektif maupun subjektif. Kadang kita dituntut untuk menilai dan menentukan siapa yang yang terbaik diantara banyak yang baik. Namun kadang “terbaik” datang ketika kita sudah kehilangan dan sudah secara matang berpikir sehingga dapat menyimpulkannya.
Tulisan ini ditulis ketika saya merasa sudah kehilangan mereka, orang-orang terbaik yang selama empat tahun ini menemani saya. Saya bukan orang yang pintar memperlihatkan kesedihan secara langsung, namun melalui ini lah saya dapat menyampaikannya.
Dasar sifat saya yang (kadang) sok kenal sok dekat membuat saya lebih dekat dengan beliau di antara mahasiswa yang lain (mungkin). Banyak ilmu yang saya dapatkan dari beliau melalui obrolan-obrolan sederhana (dibaca:rumpi) di ruang prodi, tentang apapun itu, saya selalu mencuri hal yang asing bagi saya. Tidak malu saya bertanya cara membuka box file secara polos, dan alhasil seminggu setelah itu ditempat ngajar saya ditugaskan mencari absensi di box file yang jenisnya sama.
Beberapa tahun lalu saha pernah bilang, “Eka mah nganggep bapak bukan cuma dosen, tapi kayak ke kakak” padahal kan saya ga tau rasanya punya kakak seperti apa. Begitulah.. kepolosan saya kadang membuat orang terjebak. Dan pada akhirnya sampai sekarang saya selalu meminta layaknya adik, termasuk minta jajan meski ga pernah diberi hahaha...
Terimakasih pak, telah memberikan saya kesempatan untuk belajar lebih tentang apapun.
Terima kasih pak, telah menjadi kakak yang selalu memberi saran yang kadang disampaikan dengan memakai lebih banyak bumbu pedas.
Terima kasih pak, Terima kasih... semoga mahasiswa PBSI Lebih baik dari kita (angkatan 2010), Terima kasih Bapak David Setiadi.
Terbaik “lain” juga ingin kusampaikan kepada teman tercinta Reni dan Bebeng..  agak nyesek ketika mendengar Bebeng untuk angkat koper, memilih pulang ke Sagaranten. Terima kasih “aa” selalu menemani saya berkuliner ria, meneguk kopitiam bersama, riweuh bersama danlainlain. Sungguh, aku galau tanpa teman sepertimu, weeekkkss..
Reni, meski tidak jarang kita berselisih paham namun saya akui kamu teman terbaik (belanja) saya hahaha... teman kuliner, teman curhat, teman belanja, dan lain-lain. Meski kadang kita bertiga berbeda pendapat, namun kita memiliki kesamaan dalam hal jodoh yang belum juga datang. Dan buruknya, 'kutukan' itu masih berlanjut sampai wisuda.
Semoga kita selalu diberikan kesehatan, pekerjaan yang sesuai dengan hati, gaji yang cukup (untuk bekal hidup se-RT), semoga selalu disangka banyak uang terus (karena ucapan adalah doa), dan semoga kita cepat dipertemukan dengan yang “Terbaik” masing-masing (dibaca:Jodoh) ujung-ujungnya teteeeep
Amin Allahuma Amin..
Selamat kalian menjadi lulusan terbaik di hatiku, meski tidak disebutkan oleh rektor namun kalian disebutkan dalam urutan doaku. 

Sabtu, 13 September 2014

Doa Malam

Terlalu naif jika saya mengatakan tidak senang diajak nikah.
namun kadang kekagetan menyertai proses tersebut.
Mencari yang terbaik juga hak seorang wanita bukan?
Meski jodoh memang sudah ditakdirkan, namun yang menentukan kapan bertemu ya kita. Dengan ikhtiar yang tiada henti, sampai dipertemukan dengan pilihan-Nya.
Terlalu lama saya mengunci hati, kekuatan penuh saya kerahkan untuk menjaga hati. Terlalu lama saya harus menata hati menjadi utuh kembali.
Hati saya terlalu berharga untuk dilukai (lagi).
Tuhan.. maaf bila saya terlalu mencintai diri..
Sekarang, hamba serahkan sepenuhnya pada-Mu.
Kau yang mampu membolak-balikkan hati manusia..
Hamba sadar akan diri yang tidak lepas dari larangan-Mu, namun hamba terus berusaha meminta kapada-Mu untuk diberikan yang terbaik.
Hamba hanya manusia yang tak tahu kadar diri, selalu meminta nikmat tiada henti.
Sungguh, hamba hanya menginginkan yang terbaik. Bukan hanya untuk hamba-Mu ini, tapi untuk orang tua hamba, adik dan keluarga.

Diberdayakan oleh Blogger.